Filosofi Jawa, yang Mulai Dilupakan Generasi Muda
Filosofi Jawa, yang Mulai Dilupakan Generasi Muda
Filosofi jawa |
Indonesia selain kental dengan adat dan budaya, juga kaya akan filosofinya. Salah satunya adalah filosofi jawa yang sekarang mulai dilupakan generasi muda. Apa saja kira-kira filosofi yang harus ditanamkan dalam jiwa anak muda sekarang? Supaya mereka tidak lupa dengan nilai-nilai yang diwariskan sejak dulu kala.
Berikut beberapa filosofi jawa di antaranya:
1. “Alon-alon waton kelakon”
Safety first |
2. “Nerimo ing pandum”
Filosofi jawa nerimo ing pandum artinya kita harus bisa ikhlas dalam menerima setiap takdir yang digariskan. Menerima hasil usaha yang telah dilakukan dengan lapang dada. Prinsip ini sangat penting dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Keikhlasan adalah kunci dari ketenangan hati.
3. “Sopo nandur bakal ngunduh”
Memanen apel |
Siapa yang menanam, dialah yang akan menuai dan memanen. Dengan kata lain apa yang kamu tanam, itulah yang akan kamu tuai hasilnya. Seperti apa yang kita usahakan dan kerjakan hari ini, hasilnya akan kita rasakan di kemudian hari. Semesta bekerja sesuai dengan porsinya bukan? Sesuai dengan apa yang kita kerjakan.
4. “Aja kuminter mundak keblinger, aja cidra mundak cilaka”
Filsafat jawa yang satu ini sangat bijak sekali. Mengajarkan kita untuk tidak merasa lebih pandai agar tidak salah arah, dan tidak boleh curang supaya tidak celaka nantinya. Dengan kata lain, kita tidak boleh bersikap sombong kepada orang lain.
Tidak boleh curang ketika melakukan sesuatu. Jujur dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diemban. Kita harus tetap rendah hati kepada semua orang. Begitulah caranya untuk mengamalkan filosofi ini dalam kehidupan sehari-hari.
5. “Saiki jamane jaman edan yen ora edan ora keduman, sing bejo sing eling lan waspodo”
Bahasa yang digunakan dalam filosofi ini selaras dengan keadaan saat ini. Di mana sekarang ini, dunia terasa semakin rusuh dan tidak karuan. Mereka yang tetap mengingat Tuhannya, dan selalu waspadalah yang akan beruntung.
6. “Ojo adigang, adigung, adiguna”
Maknanya kita harus bisa menjaga tata krama, jangan sombong dengan kekuatan, kekuasaan, kedudukan, dan latar belakang dari keluarga.
Manusia itu sama di mata Tuhannya. Begitu juga seharusnya ketika kita menempatkan diri di hadapan manusia yang lainnya. Berdiri sama tinggi, duduk sama rendah, namun yang membedakan adab sopan santun dan saling menghargai.
7. “Ajining diri soko lati, ajining rogo soko busono”
Makna filosofi jawa ini menggambarkan bahwa kehormatan diri dari seseorang itu bergantung dari lisannya, dan kehormatan raga manusia itu dari pakaiannya.
Seperti ungkapan dalam bahasa Indonesia, “Pakaian memuliakan seseorang sebelum duduk, dan perkataan memuliakan seseorang setelah duduk.” Keduanya memiliki kesamaan arti yang menitikberatkan pada kehormatan seseorang terletak pada lisan dan pakaiannya.
8. “Daran serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan”
Artinya jangan sakit hati ketika musibah datang, dan jangan sedih hati ketika sedang kehilangan.
Maksud dari filsafat jawa diatas sudah jelas agar kita tetap sabar ketika musibah atau sesuatu hal yang tidak diinginkan menimpa kita.
9. “Urip iku urup”
Filsafat jawa diatas adalah agar menjalani hidup dengan penuh makna.
Dalam menjalani kehidupan didunia sudah seharusnya kita saling tolong menolong dan menjadi manfaat untuk kehidupan didunia ini.
Itulah arti dan maksud filosofi jawa urip iku urup atau hidup itu harus menyala.
10. “Ojo dadi kacang kang lali kulite”
Kacang lupa kulitnya |
Mungkin filosofi jawa yang satu ini sudah sering kita dengar yang mana makna dan artinya mengajarkan kita agar tidak lupa kepada orang-orang yang telah berjasa atau yang sudah berbuat baik kepada kita.
Jadi jangan pernah jadi sombong bahwa sesungguhnya apapun kebaikan yg kita peroleh hari ini, tidak luput dari orang-orang yang selalu membantu kita, selalu mendukung dan mensuport kita. Dan juga jangan pernah lupakan darimana asal kita.
11. “Aja gumunan, aja getunan, aja kagetan, aja aleman”
Maknanya adalah jangan gampang takjub atau terheran-heran, jangan mudah menyesal, jangan mudah kaget, dan jangan menjadi orang yang suka bermanja.
Maksud filosofi jawa diatas adalah Tuhan selalu memberikan rencana terbaik bagi hambanya, Dan Tuhan itu maha adil . Apapun yang kita alami saat ini semua itu pasti ada hikmahnya.
Maka dari itu daripada kita takjub, mudah menyesal, kaget, dan mudah atau suka ber-manja maka alangkah lebih baiknya kita bersikap sewajarnya dan selalu mencari sebuah hikmah dan pelajaran dibalik sebuah peristiwa yang terjadi pada kita.
12. “Ojo ketungkul marang kelungguhan, kadonyan lan kemareman”
Jangan pernah meng-obsesi kan hidup ini hanya untuk mencari kedudukan, mendapatkan kekayaan, dan serta hanya untuk mencari kepuasan diri.
Jika itu yang hanya ingin kamu raih didunia ini maka kamu belum memahami filsafat jawa yang satu ini.
Disetiap filsafat jawa orang-orang zaman dulu dan secara turun temurun, percaya weweling atau nasihat tersebut selalu memiliki maksud dan ajaran kebaikan yang selalu memiliki makna.
Jika hidup ini beropsesi hanya untuk mencari kedudukan, harta kekayaan dan kepuasan diri maka hidupmu sepenuhnya belum memiliki makna.
Makna yang sebenarnya hidup itu adalah seperti filosofi jawa yang sudah dibahas sebelumnya di atas, yakni "urip iku urup", hidup itu harus menyala, saling membantu satu sama lain dan harus memberikan makna kebaikan untuk dunia, atau setidaknya untuk yang ada disekeliling kita.
13. “Kadang lathi iso gawe loroning ati”
Arti filosofi ini adalah kadang ucapan bisa membuat sakit hatinya seseorang.
Maka dari itu berhati-hati dan berpandai-pandailah dalam berucap atau berbicara, karena terkadang sebuah ucapan bisa membuat lebih sakit hati dari pada perbuatan.
Ucapan dan perkataan terkadang lebih tajam daripada perbuatan. Dan terkadang hanya dengan sebuah ucapan bisa membuat dunia perang. Maka sekali lagi, berhati-hati lah dalam setiap ucapan, harus dipikir dulu sebelum berucap.
Jika dengan ucapan kita bisa membuat bahagia seseorang dan memotivasi, mengapa harus kita gunakan untuk menyakiti. Dan terkadang jika memang diam adalah pilihan yang tepat, maka diam itu lebih baik daripada intan, berlian dan emas sekalipun.
14. “Sura dira jayaningrat, lebur dinding pangastuti”
Filosofi jawa diatas sangat bermakna sekali, karena tidak semua orang bisa melakukannya.
Arti sura dira jayaningrat, lebur dening pangastuti adalah semua sifat iri dengki, jahat, angkara murka dan sifat negatif lainnya akan dapat diatasi, ditangani dan dikalahan oleh sifat sabar.
Apapun masalahmu saat ini maka cukuplah dengan sifat sabar dan pikiran positif maka kamu akan memenangkan permasalahanmu.
Walaupun sifat sabar itu memang susah maka kita harus senantiasa melatihnya, sebisanya dan semampunya, karena yang menang adalah yang sabar.
15. “Becik ketitik ala ketara”
Becik ketitik ala ketara |
Dalam filosofi jawa ini memiliki arti yang mendalam yang mengajarkan kita agar selalu berhati-hati dalam berpikir, berucap dan bertindak, karena apapun yang benar pasti kelihatan dan apapun yang jahat atau salah pasti ketahuan.
16. “Ngunduh wohing pakerti”
Filosofi jawa satu ini memiliki arti, maksud dan tujuan sama dengan filsafat "sopo nandur bakal ngunduh".
Jika budi pekerti kita baik maka kita akan mendapatkan kebaikan, sedangkan jika budi pekerti kita tidak baik maka kita akan mendapatkan hasil dari buah perilaku negatif kita pula.
17. “Aja milik barang kang melok, aja mangro mundak kendo”
Yang artinya jangan mudah tergiur oleh sesuatu yang nampak bagus, baik, cantik nan indah, dan jangan pula mudah cepat berubah pikiran, agar tidak menyesal pada akhirnya.
Sungguh dalam, filosofi jawa yang satu ini, menurut saya. Jadi apa yang dapat kita ambil pelajaran dari filosofi ini ?
Filosofi ini mengajarkan agar kita tidak mudah percaya dengan sesuatu yang nampak bagus, baik, cantik nan indah diluar. Kita harus melihat kesisi yang paling dalam untuk memastikan setiap sesuatu.
Terkadang apa yang nampak bagus dan indah belum tentu itu bagus didalamnya dan bagus buatmu. Dan terkadang pula apa yang terlihat nampak biasa-biasa saja, didalamnya belum tentu sama seperti kelihatannya, dan bisa jadi didalamnya itu sesuatu yang luar biasa.
Maka dari itu janganlah pula mudah cepat berubah pikiran, agar tidak menyesal pada akhirnya.
Oleh karena itu selalu waspada adalah kuncinya, lihatlah semua sesuatu itu hingga pada dalamnya, dan jangan cepat mudah berubah pikiran agar engkau tidak mudah tertipu dan menyesal pada akhirnya.
18. “Witing tresno jalaran soko kulino”
Witing tresno jalarn soko kulino |
filsafat jawa yang satu ini mungkin semua orang tau karena cukup populer dan sering dibahas di berbagai media.
Witing tresno jalaran soko kulino kalau dalam bahasa indonesia artinya cinta itu tumbuh karena terbiasa.
Maksudnya sesuatu akan mudah kita cintai jika kita terbiasa, misalnya saja kita bekerja pada suatu bidang yang belum pernah kita kerjakan sebelumnya, namun karena kita mulai belajar, maka kita akan mulai bisa mencintai pekerjaan tersebut jika kita telah terbiasa dengan pekerjaannya.
Sama halnya dengan cinta, yang suka bucin pasti paham, siapapun orang yang sering membiasakan memperhatikan dan menaruh hati pada seseorang yang disuka maka akan mudah untuk cinta dan jatuh cinta pada orang tersebut.
Hayo siapa kalian yang suka bucin dan baperan ? 😄😁 awas ya harus siap patah hati juga, yang namanya jatuh cinta itu juga harus siap patah hati dan sakit hati. Namanya saja jatuh, pasti ada sakitnya donk ! 🙂
Namun hal itu tidak masalah karena rasa sakit itu akan membuatmu semakin kuat. Bukan semakin kuat untuk menerima patah hati lagi ya.. tapi dalam artian lain. Ini bukan untuk kamu saja kok, penulis juga memahami 😁.
19. “Wong jowo iki gampang ditekak-tekuk”
Artinya orang jawa itu mudah ditekuk-tekuk atau fleksibel atau luwes.
Makna filosofi jawa ini adalah bahwa kita harus menjadi orang yang mudah bergaul dengan orang lain (fleksibel), luwes dalam bergaul disemua kalangan masyarakat tanpa memandang status sosial, karena pada dasarnya semua manusia itu sama, dan yang membedakan hanyalah ilmu, sopan santun dan tata kramanya.
Jadi jangan minder maupun takut kepada sesama manusia. Dan takutlah hanya kepada Tuhan semesta alam, Allah SWT.
20. “Memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara”
Arti filsafat diatas adalah manusia harus dapat mengusahakan keselamatan, kesejahteraan, kebahagiaan, serta harus dapat memberantas dan menghilangkan segala sifat tamak, serakah, dan angkara murka.
Makna filsafat jawa tersebut adalah kita sebagai manusia hukumnya wajib menjaga dan mengupayakan cinta damai serta harus memberantas segala kejahatan apapun sifat angkara murka di dunia ini.
21. “Sopo sing kelangan bakal diparingi, sopo sing nyolong bakal kelangan”
Siapa yang kehilangan akan dikasih, dan siapa yang mencuri bakal kehilangan.
Arti dan makna filosofi di atas adalah mengajarkan kita agar tidak mudah mengambil barang hak milik orang lain atau bahasa kasarny menjadi pencuri.
Memang benar dengan mencuri kita bisa mendapatkan sesuatu barang, namun harus diingat sesuatu apapun didunia ini yang didapatkan secara tidak berkah pada akhirnya suatu saat nanti kita akan mudah kehilangannya kembali.
Jika tidak percaya kalian bisa lihat kasus indra kenz, doni salmanan, atau kasus-kasus lainnya yang populer yang mendapatkan sesuatu dengan cara yang tidak berkah maka suatu saat ia akan kehilangan kembali.
Namun barang siapa yang suka bersedekah dijalan Allah, berbagi ke orang lain, walaupun kelihatannya harta benda maupun sesuatu berkurang dari kita, tapi percayalah sesuatu yang kita sedekahkan suatu saat akan diganti olehNya. Bahkan diganti yang lebih banyak dan awet.
22. “Ngluruk tanpo bolo, menang tanpo ngasorake, sakti tanpo aji-aji, sugih tanpo bondho”
Filosofi jawa yang keren, filosofi jawa yang satu ini sungguh keren menurut saya, dimana filosofi diatas memiliki arti dan makna yang sangat keren jika kita bisa seperti itu.
Berjuang tanpa membawa teman/massa atau orang banyak, menang tanpa merendahkan atau mempermalukan, berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan/ keturunan/kekayaan/ jabatan maupun kekuasaan, dan kaya tanpa mengandalkan harta benda dan lainnya.
Jadi menurut anda, bukankah sesuatu yang keren jika kita bisa seperti pada filsafat jawa tersebut?
23. “Mangan ora mangan sing penting kumpul”
Tali kekeluargaan |
Makan tidak makan yang penting kumpul, artinya bukan tanpa alasan filosofi jawa diatas menyuruh kita agar selalu berkumpul, baik berkumpul dengan keluarga, saudara, sahabat, teman, dan relasi-relasi lainnya.
Sebab agar bisa saling mengingatkan, dan menjalani kehidupan secara utuh kita butuh berkumpul dan bersilaturahmi dengan orang-orang tercinta, terdekat, maupun orang-orang disekitar kita.
Sebab juga, hidup ini tidak melulu soal uang, harta benda dan maupun materi.
Namun dalam ajaran agama islam, yang beragama islam pasti tau bahwa agama islam mengajarkan agar kita senantiasa bersilaturahmi dan menjaga hubungan baik kekeluargaan pada semua orang terkhusus lagi pada orang tua, keluarga, dan saudara.
Didalam ajaran agama islam, Tuhan juga menjajikan barang siapa yang suka dan gemar bersilaturahmi dan menyambung tali silaturahmi akan dipanjangkan umurnya dan dibukakan selebar-lebarnya pintu rezeki.
Demikian filosofi jawa yang bisa blogduniasatu.com sajikan kali ini, mungkin masih banyak filosofi-filosofi jawa yang belum bisa kami sebut satu persatu, namun mungkin dikesempatan lain waktu bisa kami ulas kembali.
Dan terimakasih telah membaca hingga akhir.
Sebuah filosofi hanya akan menjadi kata-kata pemanis saja jika tidak diamalkan dalam keseharian. Dua puluh tiga di antaranya sudah dijabarkan di atas. Semoga kita semua bisa mempelajari dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Filosofi orang jawa masih tetap relevan menjadi nasihat sampai kapan pun di setiap generasi. Karena nilainya melekat dan menjadi ciri khas adat dan budaya Indonesia. Dan kamu juga bisa jadi penerusnya.
Demikian tadi beberapa filosofi jawa yang dibahas di artikel kali ini. Sampai jumpa di filosofi kehidupan berikutnya. See you next time everyone!
Posting Komentar untuk "Filosofi Jawa, yang Mulai Dilupakan Generasi Muda"
Silahkan berikan komentar positif dan sopan.